Rabu, 30 April 2008

pendidikan Indonesia?

Kenapa sih mutu pendidikan kita semakin tertinggal dari Negara-negara tetangga? Penelitian tentang kemampuan membaca dan berhitung anak-anak Indonesia ternyata cukup rendah dibandingkan anak-anak di Singapore atau Malaysia. Bisa dibilang kualitas anak-anak kita setara dengan anak-anak di kamboja dan Vietnam.

Padahal kita punya banyak juara olimpiade internasional loh?! Trus kenapa dibilang kualitas anak indonesia rendah?

Well, sebabnya mungkin karena penelitian yang dilakukan berupa generalisasi dari seluruh anak Indonesia. Dalam artian, pemerataan hasil pendidikan di Negara ini memang kurang. Anak-anak di Jakarta bolehlah menang olimpiade atau mampu membuat robot, tapi gimana dengan anak-anak di pedalaman papua? Membaca saja sulit…

Sebenarnya hasil penelitian itu ga fair juga buat anak-anak yang memang sudah mengalami proses pembelajaran dengan baik. Bahkan baru-baru ini di majalah Bobo (hehe..masih baca Bobo lwoh!) ada artikel tentang anak Indonesia berumur 9 tahun yang udah jadi mahasiswa oxford university! Hebat kan?!

Tapi sekali lagi itu hanya berlaku bagi segelintir anak Indonesia yang beruntung. Bagi yang kurang beruntung? Walahualam….

Bagi gw pribadi, keterpurukan pendidikan di Negara ini merupakan efek negative dari otonomi daerah. Lwoh koq bisa? Bukannya desentralisasi itu tujuannya untuk peningkatan mutu pendidikan lewat manajamen berbasis sekolah? Well, secara teori bisa dibilang begitu. Textbooks pendidikan yang selama kuliah banyak gw baca memang bilang bahwa desentralisasi pendidikan merupakan cara yang banyak diterapkan Negara lain untuk meningkatkan otonomi sekolah yang berdampak pada peningkatan kualitas sekolah yang bersangkutan, yang nantinya berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan di Negara tersebut. Sayangnya, para pemangku kebijakan pendidikan di Negara ini kurang memahami psikologis bangsa Indonesia. Hehe..maaf ya Bapak-bapak dan Ibu-ibu di senayan sana. Kebijakan yang berhasil di Negara lain langsung diterapkan begitu saja di Indonesia. Seharusnya bapak-bapak dan Ibu-ibu ini melakukan penelitian terlebih dahulu tentang keadaan di Negara tercinta ini.

Kebijakan desentralisasi pendidikan bisa berhasil apabila didukung dengan sarana dan prasarana serta kualitas guru yang memadai. Dengan dukungan 2 hal di atas, setiap daerah pastinya mampu mengelola pendidikannya secara otonom tanpa bergantung 100% pada pemerintah pusat. Kenyataannya yang terjadi? Pihak daerah sebenarnya belum mampu menjalankan desentralisasi ini, terlihat dari keengganan DPRD dan bupati untuk mengalokasikan 20% APBD ke pos anggaran pendidikan!! Gimana kualitas pendidikan mau meningkat, kalau gedung sekolahnya mirip kandang sapi? Gimana murid-murid bisa mendapat pengajaran yang baik kalo gurunya sibuk mikirin hutang sana-sini karena gaji yang ga manusiawi? Well, mungkin ada beberapa daerah yang sudah mencukupi kuota 20% itu, bahkan ada yang lebih dari jumlah tersebut, tapi justru di sinilah timbul masalah baru. Daerah yang PAD-nya tinggi (dan ada kemauan dari pemimpin), pasti bisa menjamin anggaran pendidikan berkisar 20%. Namun hal tersebut justru menimbulkan jurang yang menganga antara daerah yang ‘kaya’ dan daerah yang ‘gersang’. Mutu pendidikan di daerah yang ‘kaya’ itu biasanya jauh lebih baik dibandingkan daerah yang seadanya. Timbullah masalah ketidakmerataan hasil pendidikan. Makanya penelitian itu bilang kemampuan anak-anak Indonesia rendah. Mungkin kalo penelitiannya dilakukan di daerah tertentu aja (ga seluruh Indonesia) pasti hasilnya oke banged J

Oia, bukan berarti gw ga setuju desentralisasi, gw setuju aja, asalkan pelaksanaannya didukung oleh hal-hal yang tadi udah gw jabarkan. Yang paling penting sih adanya political will dari para pemimpin bangsa ini untuk memajukan pendidikan. Kayanya itu hal yang harus dibenahi. Pemimpin harus punya komitmen untuk meningkatkan kualitas pendidikan di Indonesia. Salah satunya lewat pemenuhan anggaran pendidikan sebesar 20% dari APBN n APBD. Dengan penganggaran tersebut, diharapkan bisa memperbaiki nasib guru-guru di Indonesia agar guru-guru ini lebih berkomitmen dalam mendidik dan mengajar anak-anak Indonesia. Dengan dana pendidikan itu pula, diharapkan sarana dan prasarana pendidikan di seluruh Indonesia mengalami perbaikan. Ga ada lagi deh cerita gedung sekolah ambruk. Sedih banged bow dengernya…


Btw, anggaran 20% itu masih yang terkecil lwoh dibanding Singapore atau Malaysia…

Tidak ada komentar: