Rabu, 30 April 2008

DIBUTUHKAN: SEBUAH KERANGKA TEORITIS

Dalam rangka meningkatkan kemampuan pendidik, mereka harus memiliki dasar empiris yang kuat untuk mendukung profesi mereka sebagai pengajar. Kenyataan yang ada, kurikulum yang selama ini diajarkan di sekolah menengah kurang mampu mempersiapkan siswa untuk masuk ke perguruan tinggi. Kemudian kurangnya pemahaman akan pentingnya relevansi pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial dan budaya, serta bagaimana bentuk pengajaran untuk siswa dengan beragam kemampuan intelektual.

Jerome S. Bruner, seorang peneliti terkemuka, memberikan beberapa gambaran tentang perlunya teori pembelajaran untuk mendukung proses pembelajaran di dalam kelas, serta beberapa contoh praktis untuk dapat menjadi bekal persiapan profesionalitas para guru.

DIBUTUHKAN: SEBUAH TEORI PEMBELAJARAN

Berdasarkan penelitian selama beberapa tahun terakhir, cukup jelas bagi saya ( Jerome S.Bruner), bahwa dari segi psikologis dan dari desain kurikulum itu sendiri, sangatlah minim dibahas tentang teori pembelajaran. Teori pembelajaran yang sudah ada selama ini, hanya terfokus pada kepentingan teoritis semata. Sebagai contoh, pada saat membahas tentang teori perkembangan, seorang anak tidak diajarkan pengaruhnya terhadap tantangan sosial dan bagaimana pengalaman nyata yang nantinya akan dialami anak ketika berada di masyarakat. Masih banyak contoh-contoh lain, bagaimana sebuah teori pembelajaran tidak menyentuh aspek sosial dari murud, dan hal ini merupakan bentuk pembodohan secara intelektual dan tidak memiliki tangungjawab moral.

Dari permasalahan di atas, kita menyadari bahwa, sebuah teori pembelajaran sebaiknya juga menyangkut suatu praktek untuk membimbing seseorang bagaimana caranya ia memperoleh pengetahuan dan keterampilan, pandangan hidup, serta pengetahuan akan kebudayaan masyarakat sekitarnya. Akan hal itu, mari kita susun beberapa teorema yang memungkinkan, yang mungkin akan membawa kita kepada sebuah teori pembelajaran yang baik.

ELEMENT-ELEMENT DARI SEBUAH TEORI

Apa yang dimaksud dengan teori pembelajaran? Saya akan mencoba menguraikan beberapa teorema untuk memisahkan apa yang kita maksud dengan teori pembelajaran dari teori-teori yang sudah ada selama ini. Hal pertama yang akan saya sampaikan bahwa nature dari teori pembelajaran adalah prescriptive, bukan deskriptif. Teori tersebut memiliki tujuan untuk menghasilkan akhir yang luar biasa dan proses menghasilkannya melalui cara yang kita sebut optimal. Itu bukan sebuah deskripsi tentang apa yang terjadi saat proses belajar terjadi-itu adalah sesuatu yang normatif, yang memberikan sesuatu yang mengena pada dirimu, dan pada akhirnya, harus memberikan suatu catatan mengenai dirimu pada saat kamu memberikan pembelajaran di dalam kelas. Namun faktanya, banyak orang yang terlibat di dalam dunia pendidikan berasumsi bahwa mereka dapat mengandalkan jenis-jenis teori yang lain selain teori pembelajaran. Sebagai contoh, saya menemukan bahwa ketergantungan para pendidik terhadap teori belajar sangat besar, padahal yang menjadi masalah adalah teori belajar bukan teoeri pembelajaran. Teori belajar adalah teori yang mendeskripsikan apa yang sedang terjadi saat proses belajar berlangsung dan kapan proses belajar tersebut berlangung.

Tidak ada batasan yang jelas, bagaimana seseorang yang mengandalkan teori belajar dapat mengambil intisari yang tepat yang akan membimbing dia pada saat menyusun kurikulum. Ketika saya mengatakan bahwa teori pembelajaran itu prescriptive, yang saya maksud adalah suatu yang ada sebelum adanya fakta. Itu adalah sesuatu yang ada sebelum proses belajar terjadi, bukan ketika, dan bukan setelahnya.

Teori pembelajaran harus mampu menghubungkan antara hal yang ada sekarang dengan bagaimana menghasilkan hal tersebut. Teori belajar menjelaskan dengan pasti apa yang terjadi, namun teori pembelajaran ’hanya’ membimbing apa yang harus dilakukan untuk menghasilkan hal tersebut.

Ada 4 hal yang terkait dengan teori pembelajaran:

1. teori pembelajaran harus memperhatikan bahwa terdapat banyak kecenderungan cara belajar siswa, dan kecenderungan ini sudah dimiliki siswa jauh sebelum ia masuk ke sekolah.

2. teori ini juga terkait dengan adanya struktur pengetahuan. Ada 3 hal yang terkait dengan struktur pengetahuan:

a. struktur pengetahuan harus mampu menyederhanakan suatu informasi yang sangat luas

b. struktur tersebut harus mampu membawa siswa kepada hal-hal yang baru, melebihi informasi yang anda jelaskan

c. struktur pengetahuan harus mampu meluaskan cakrawala berpikir siswa, mengkombinasikannya dengan ilmu-ilmu lain.

3. teori pembelajaran juga terkait dengan hubungan yang optimal. Seorang guru harus mampu mencari hubungan yang mudah tentang sesuatu yang akan diajarkan agar murid lebih mudah menangkap informasi tersebut.

4. yang terakhir, teori pembelajaran terkait dengan penghargaan dan hukuman.

KECENDERUNGAN

Apa yang dapat kita katakan tentang faktor-faktor yang mempengaruhi siswa untuk belajar? Marilah kita mulai dengan gambaran sederhana berikut ini:

untuk memecahkan suatu soal atau masalah, diperlukan alternatif-alternatif jawaban akan permasalahan tersebut, dan seorang siswa harus punya keberanian dan kemampuan untuk mengeksplor alternatif-alternatif tersebut.

Apabila kamu membahas gambaran ini sebagai salah satu kecenderungan, maka ada 3 hal yang langsung dapat dikatakan. Yang pertama adalah, apabila terdapat kasus demikian, maka proses belajar dengan kehadiran guru atau tutor atau instruktur dapat meminiminalisir resiko yang ada dari proses pengeksploran alternatif tersebut. Alasan lainnya adalah bahwa guru atau orang tua dapat membantu mengatasi rasa takut untuk menjadi bodoh. Mereka dapat memberikan kekuatan kepada siswa untuk terus berani mengeksplor alternatif-alternatif yang ada.

Hal kedua yang terkait dengan gambaran di atas adalah bahwa guru harus mampu terbuka terhadap kesalahan murid. Maksudnya adalah seorang guru sebaiknya jangan langsung mengatakan bahwa jawaban dari murid itu salah, melainkan dapat mengarahkan bahwa jawabannya tersebut tetap betul namun merupakan jawaban dari permasalahan yang lain. Hal tersebut dapat membantu menghindarkan murid dari keraguan akan membuat jawaban yang salah, sehingga ia akan terus berani mengeksplor alternatif-alternatif yang lain.

Hal terakhir yang berhubungan dengan gagasan di atas adalah anda sebagai guru harus berani bersikap ’subversif’. Maksudnya adalah harus melawan segala bentuk pemaksaan yang sudah ada sebelumnya terhadap alternatif-alternatif jawaban. Jangan takut untuk ’mengatakan hal yang kurang manis’. Apabila anda tidak melakukan hal ini, maka anda akan membuat siswa anda menjadi murid yang tidak adil, demikian pula anda menjadi guru yang tidak adil. Tentu saja hal ini harus dilakukan dengan sikap skeptis yang sehat dan sesuai jalur yang ada.

Pada saat kita membahas suatu kecenderungan belajar para siswa, maka yang harus kita tanamakan dalam pikiran kita sebagai guru adalah bahwa hubungan kita dengan para murid adalah suatu hubungan istimewa yang melibatkan kekuasaan dan arah tujuan. Dan pertukaran antara keduanya sangat mungkin dilakukan. Kita dapat menggunakan ’kekuasaan, kita sebagai guru untuk menjadikan ’tempat’ yang aman bagi para murid untuk mengungkapkan hal-hal yang benar dan salah. Sangatlah mudah bagi kita untuk mengeksplor alternatif jawaban dari murid apabila murid tersebut sudah mempercayai kita sebagai gurunya.

Hal lain yang juga terkait dengna kecenderungan belajar para siswa, adalah adanya perbedaan latar belakang sosial yang berbeda-beda. Dari situ dapat diketahui bahwa kemampuan tiap murid juga berbeda-beda. Karena itu seorang guru harus mampu ’menyamakan’ terlebih dahulu kemampuan dasar mereka, lewat kemampuan-kemampuan dasar, seperti melalui kata-kata. Seorang guru harus mampu memberikan pengantar yang jelas kepada murid sebelum ia masuk ke dalam subyek yang akan diajarkan. Karena apabila murid tidak menguasai dasarnya, maka segala yang sudah diterangkan guru akan menjadi sia-sia.

Yang juga harus diperhatikan guru adalah kemampuan geometrik tiap murid berbeda-beda. Murid di amerika dapat dengan mudah menyusun obyek-obyek geometri dan kemudian memisahkannya kembali, karena mereka memiliki mainan atau dapat melihat dengan mudah obyek-obyek geometri di sekitar mereka. Namun bagamana dengan murid-murid di Afrika? Karena itu kemampuan geometri juga merupakan kemampuan dasar, selain kemampuan bahasa, yang penting ditransfer oleh seorang guru kepada murid.

Hal terakhir yang juga terkait dengan kecenderungan belajar para siswa adalah sikap seoarng siswa terhadap apa yang sudah tertanam di dalam pikirannya. Sebagai contoh misalnya siswa yang berasala dari masayarakat ekonomi lemah pasti memiliki semacam prinsip bahwa segala sesuatunya dikaitkan dengan keberuntunga, orang yang tadinya miskin lalu bisa berhasil pasti karena beruntung, tidak ada hubungannya dengan kemampuan intelejensinya. Hal-hal seperti ini yang harus ada hadapi sebagai seorang guru bagaimana caranya mengarahkan mindset tersebut agar seorang anak memiliki kecenderungan yang kuat untuk meningkatkan kemampuan belajarnya.

STRUKTUR PENGETAHUAN

Sekarang marilah kita membahas mengenai struktur pengetahuan. Hal tersebut berkaitan dengan kapasitas kemampuan siswa. Hal pertama yang terkait dengan teorema ini adalah teori komputasi yang diperkenalkan oleh Turing. Turing mengatakan bahwa permasalahan yang dapat dipecahkan, dapat dipecahkan lewat cara-cara yang sederhana. Bagaimanapun kompleksnya suatu masalah, kita dapat memecahkannya ke dalam kelompok-kelompok sederhana dan akhirnya menemukan jawaban-jawaban yang sederhana pula yang dapat dicerna dengan mudah oleh para siswa.

Selanjutnya, secara umum pengetahuan dapat dikelompokkan ke dalam 3 bentuk:

1. enactive representation

cobalah tanya seseorang bagaimana caranya ia bisa mengendarai sepeda. Ia bisa bersepda karena ia melakukannya bukan? Inilah yang dimaksud dengan enactive representation, murid mengetahui sesuatu lewat hal yang ia lakukan sendiri.

2. ikonic representation

bentuk ini digunakan misalnya untuk menjelaskan tentang bilangan persegi. Akan lebih menunjukkannya kepada murid lewat ikon. Misalnya lima persegi akan lebih mudah ditangkap murid dengan ikon 52.

3. simbolic representation

bentuk ini digunakan untuk menjelaskan sesuatu lewat gambar.

Tugas dasar seorang guru adalah mengarahkan seorang murid untuk dapat menggabungkan 3 bentuk pengetahuan ini.

HUBUNGAN YANG OPTIMAL

Dalam menjelaskan suatu permasalahan, seorang guru sebaiknya mampu mencari hubungan-hubungan yang menarik tentang topik yang diajarkan sehingga murid akan lebih mengerti apa yang sedang diajarkan. Ada beberapa hal yang dapat dilakukan:

1. coba arahkan murid untuk mengambil intisari dari berbagai contoh yang anda jabarkan. Berikan penjabaran yang luas dan biarkan murid memahami sendiri apa yang akan di atangkap dari contoh yang luas tersebut. Berikan keleluasaan pada murid untuk mentransfer ilmunya sendiri.

2. gunakan hubungan yang berlawanan dalam menjelaskan topik anda. Biasanya murid akan lebih memehami sesuatu setelah mengetahui hal-hal yang berlawan dengan sesuatu tersebut.

3. hindari simbolisasi prematur. Jangan paksakan suatu kosakata baru terhadap murid, sebelum murid tersebut dapat membayangkannya.

4. berikan kesempatan kepada murid untuk berlatih ’berjalan satu langkah kemudian meloncat ke langkah raksasa’

5. revisiting. Maksudnya adalah menghubungkan apa sedang kita pelajari sekarang dengan apa yang telah terlebih dahulu kita pelajari dan apa yang kita telah ketahui.

PENGHARGAAN DAN HUKUMAN

Yang terjadi selama ini adalah bahwa orang tua dan guru memasukkan unsur penghargaan dan hukuman sebagai hasil dari kesusksesan atau kegagalan seorang siswa menyelesaikan tugas. Sehingga inisistiaf belajar siswa berkurang, hanya tergantung dari penghargaan dan hukuman. Ada baiknya seornag guru mampu memberikan ’penghargaan’ kepada siswa yang telah melalui sebuah proses yang baik meskipun pada akhirnya murid tersebut belum mampu menyelesaikan tugas tersebut. Dalam hal ini saya ingin sekali mencermati istilah ’remedial’ yang telah menjadi dogma, menjadi sesuatu yang baru. Seorang pembelajar yang mandiri, dapat memberikan pengahragaan dan hukuman terhadap dirinya sendiri yang dilihat dari usahanya. Bekali siswa anda dengan kemampuan untuk berpikir dan biarkan ia menjadi sosok pembelajar yang mandiri.

Kesimpulan

  1. Dalam kehidupan modern ini, pendidikan untuk mengatasi masalah-masalah sosial lama-kelamaan hanya menjadi slogan belaka.
  2. Bruner mengatakan bahwa suatu struktur pengetahuan berarti bahwa suatu pengetahuan tersebut harusnya dapat dipelajari oleh semua orang dari semua umur dengan cara yang paling sederhana.
  3. Bruner menyarankan bahwa seorang guu sebaiknya mampu memainkan peran subversif dalam rangka mengarahkan siswa untuk berani mengeksplor alternatif.

Tidak ada komentar: